Jenis tanah untuk jagung
Adapun faktor iklim yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah sebagai berikut :
1. Suhu
Suhu yang sesuai untuk tanaman jagung antara 21°C – 30°C dengan suhu optimum antara 23°C – 27°C, Untuk daerah-daerah di Indonesia, persyaratan suhu tidak menjadi persoalan. Di Jawa Timur yang banyak membudidayakan tanaman jagung, mempunyai suhu antara 25°C – 27°C. Daerah ini sangat cocok untuk pertanaman jagung sehingga menjadi daerah jagung penting di Indonesia.
Pada waktu perkecambahan biji, suhu optimal berkisar 30°C – 32°C; suhu di bawah 12,8°C akan mengganggu perkecambahan sehingga dapat menurunkan hasil. Pada suhu 40°C – 44°C lembaga (embrio) jagung dapat rusak.
Keadaan suhu di Indonesia tidak menjadi masalah karena suhunya sudah cukup optimal bagi pertumbuhan jagung. Namun, masa panen yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada pada musim penghujan. Hal ini terutama berpengaruh pada lamanya masak biji dan mudahnya proses pengeringan biji dengan menggunakan sinar matahari.
2. Ketinggian Tempat
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian tempat 1000 – 1800 m di atas permukaan laut (dpl). Di Kenya, jagung dapat tumbuh baik pada ketinggian 1200 – 1800 m dpl. Jagung yang ditanam di dataran rendah di bawah 800 m dpl juga masih memberikan hasil yang baik pula.
3. Kemiringan Lahan
Kemiringan lahan mempunyai hubungan dengan gerakan air pada permukaan tanah. Lahan dengan kemiringan kurang dari 8% dapat ditanami jagung, karena pada tingkat kemiringan tersebut sangat kecil kemungkinan terjadinya erosi tanah. Namun air hujan yang berlebihan akan terbagi; sebagian meresap ke dalam tanah dan sebagian lain mengalir ke bagian yang lebih rendah.
Pada suatu daerah yang mempunyai tingkat kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dibuat teras terlebih dahulu agar dapat menghambat terjadinya aliran air yang cepat yang dapat membawa hara dari tanah yang dilewatinya.
Perpindahan hara bersama tanah yang dilalui aliran air yang sering disebut erosi tanah, kemudian diendapkan di tempat yang lebih rendah. Tanah yang telah tererosi tersebut akan menjadi tanah gersang, miskin hara sehingga untuk pengolahan tanah berikutnya perlu diberikan tambahan pupuk
4. Intensitas Penyinaran
Pertanaman jagung menghendaki sinar matahari langsung, oleh karena itu jika ternaungi maka akan memberikan hasil yang kurang baik : batangnya kurus dan lemah, tongkolnya ringan, dan hasilnya rendah.
Sinar matahari diperlukan sebagai sumber energi yang membantu dalam proses fotosintesis. Pada proses fotosintesis, sinar matahari berperan langsung pada pemasakan makanan yang kemudian ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman. Hasil fotosintesis yang disalurkan ke calon buah menyebabkan calon buah makin cepat berkembang dan pengisian buahpun makin bertambah baik, tongkol semakin berisi sehingga hasil yang diharapkan dapat terwujud.
5. Curah Hujan
Tanaman jagung membutuhkan curah hujan relatif sedikit. Tanaman jagung akan tumbuh normal pada curah hujan sekitar 250 – 5000 mm ; kurang atau lebih dari angka ini akan menurunkan hasil jagung.
Kandungan air optimal untuk perkecambahan biji sekitar 25% – 60% dari kapasitas lapangan; jika melebihi 60% maka akan mengganggu perkecambahan. Setelah perkecambahan, kebutuhan airnya relatif sedikit, sedangkan kebutuhan air terbanyak terjadi setelah tanaman jagung berbunga. Hujan lebat dalam waktu sebentar pada stadia berbunga disusul penyinaran matahari merupakan pengaruh baik untuk produksi jagung dibanding hujan terus-menerus atau tidak ada hujan sama sekali.
Pada daerah yang curah hujannya merata dengan batas musim kemarau yang kurang tegas, seperti di sebagian Jawa Barat dan Jawa Timur, maka kebutuhan airnya cukup terpenuhi sehingga jagung dapat tumbuh dengan baik. Namun sebagian daerah di Jawa Timur yang curah hujannya relatif rendah karena musim kemarau yang lebih panjang maka produksi jagungnya relatif lebih rendah.
Jumlah air yang diuapkan oleh satu tanaman jagung pada suhu 23°C adalah 1,8 liter; makin tinggi suhu maka air yang diuapkan juga semakin banyak. Pada suhu 27°C dapat menguapkan air sebanyak 3,1 liter. Meskipun demikian, tanaman jagung juga mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengambil air dari dalam tanah sehingga air yang diuapkan dapat diimbangi. Oleh karena itu, penanaman jagung perlu tepat waktu, terutama pada daerah-daerah yang bercurah hujan rendah.
B. Tanah
Jagung dapat ditanam di hampir semua jenis tanah, asalkan tanahnya subur, gembur (sarang), dan kaya akan humus. Selain itu, drainase, aerasi, dan pengelolaan yang baik akan membantu keberhasilan usaha tanaman jagung.
Berdasarkan hasil penelitian, pH tanah yang baik untuk pertumbuhan jagung di Indonesia adalah antara 5,5 – 7,5, sedangkan yang paling baik adalah pH 6,8. Pada tanah-tanah dengan pH rendah (kurang dari 5,5) pertumbuhan tanaman jagung kurang baik, hal ini mungkin disebabkan karena keracunan ion-ion alumanium. Pada pH tanah di atas 8,0 tanaman masih dapat tumbuh baik asalkan tanah tersebut cukup mengandung zat hara terutama hara mikro.
Pada tanah-tanah dengan pH rendah, sebaiknya dilakukan pengapuran dengan maksud menaikkan pH tanah ; selain itu, akan menambah hara-hara tanaman karena hara-hara yang tadinya terikat akan dilepas tanah ; juga dapat menambah kalsium tanah yang berguna untuk pertumbuhan tanaman.
Adapun jenis-jenis tanah yang sesuai untuk pertanaman jagung adalah sebagai berikut:
1. Tanah Andosol
Tanah andosol, yaitu tanah pegunungan yang berwarna hitam dan berdebu adalah sesuai untuk pertumbuhan jagung, namun pH-nya harus disesuaikan dengan persyaratan tumbuh tanaman jagung.
Istilah Andosol berasal dari kata Jepang Ando yang berarti hitam atau kelam. Beberapa sifat umum tanah andosol adalah : berwarna kelam, coklat sampai hitam, sangat porous / sarang, sangat gembur,, struktur remah, terasa berminyak karena mengandung bahan organik antara 8% – 30% dengan pH 4,5 – 6. Kandungan C dan N tinggi tetapi nisbah C/N rendah, sedangkan kadar P rendah karena terfiksasi kuat.
2. Tanah Latosol
Tanah-tanah latosol cocok untuk pertumbuhan tanaman jagung asalkan keasaman tanah sesuai persyaratannya dan kaya akan humus. Ciri umum tanah latosol adalah : bertekstur lempung sampai geluh, berstruktur remah sampai gumpal lemah dan konsistensi gembur. Warna tanah merah, merah kekuningan, coklat kemerahan, coklat, coklat kekuningan, dan merah ungu. Kesuburannya rendah sampai medium, dan pH 4,5 – 6,5.
3. Tanah Grumusol
Tanah grumusol dapat ditanami jagung asalkan aerasi dan draenasenya diperbaiki karena grumusol termasuk tanah berat. Nama grumusol berasal dari istilah grumus yang berarti gumpal keras. Nama ini diberikan untuk tanah lempung berwarna kelam yang bersifat fisik berat. Jenis lempung yang terbanyak adalah monmorilonit sehingga daya adsorbsinya tinggi. Umumnya jenuh akan basa terutama Ca dan Mg. pH-nya sekitar 6,0 – 8,2 dan makin dalam makin alkalis. Hal ini menyebabkan gerakan air dan keadaan aerasinya buruk. Kandungan bahan organiknya sekitar 1,5% – 4,0%.
Tanah grumusol yang telah lama dijadikan tanah pertanian memiliki kadar asam fosfat yang rendah. Dalam beberapa hal terdapat korelasi antara kadar fosfat dan kadar kapur, artinya tanah yang kaya fosfat biasanya alkalis, sehingga unsur hara tak siap untuk diserap.Tanah yang telah berkembang, umumnya miskin unsur N dan kekurangan bahan organik.
Pada tanah-tanah semacam ini, bila curah hujan tinggi maka air biasanya akan menggenangi tanah sehingga benih yang ditanam menjadi busuk atau tanaman akan kekurangan udara sehingga tumbuhnya merana karena akarnya menjadi busuk dan tidak dapat mengambil hara tanaman dalam tanah yang berakibat daun-daun tanaman menjadi hijau pucat kekuning-kuningan, kurus, dan akhirnya mati.
4. Tanah Berpasir
Tanah berpasir dapat ditanami jagung asalkan cukup air dan hara tanaman untuk prtumbuhannya , sebab tanah semacam ini memiliki porositas yang tinggi atau mudah meloloskan air secara perkolasi (peresapan ke bawah).
5. Tanah Gambut
Pada tanah gambut jagungpun dapat tumbuh baik asalkan kemasaman tanah diperbaiki, misalnya dengan pengapuran, karena tanah gambut bereaksi masam (pH 3,0 – 5,0).
Gambut terbentuk jika humifikasi lebih besar daripada mineralisasi. Hal ini terjadi dalam keadaan di mana tanaman mati lemas dalam air atau bagian tanaman terendam air, membentuk endapan-endapan yang mengandung bahan organik dalam persentasi yang sangat tinggi (lebih dari 65%). Bakteri anaerob menyelenggarakan proses pembusukan dan penguraian sehingga terjadi dekomposisi membentuk humus.
Pengapuran sangat dianjurkan pada tanah-tanah yang pH-nya rendah (kurang dari 5,5) apabila menghendaki pertanaman jagung yang baik. Pada tanah-tanah di Indonesia terutama pada tanah-tanah yang pH-nya kurang dari 5,5, pertumbuhan jagung kurang baik. Hal ini kemungkinan karena keracunan ion-ion alumanium.
Tanah yang kaya bahan organik atau humus penting artinya karena dari padanya diharapkan hara tanaman, dan juga karena kandungan humusnya maka tanah tidak akan cepat kering pada musim kemarau karena tanah mempunyai daya memegang air yang tinggi.
Comments
Post a Comment