Cara pemupukan jagung bisi 18
Tanaman
jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari
keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan
Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar
abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia.
Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn.
Jagung
(Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan
di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di
Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok.
Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan
ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji),
dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau
maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung
tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai
bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika
juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak.
Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak.
Kebutuhan
akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan
pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin
meningkatnya jumlah penduduk Indonesia.
Jagung
merupakan bahan dasar / bahan olahan untuk minyak goreng, tepung
maizena, ethanol, asam organic, makanan kecil dan industri pakan ternak.
Pakan ternak untuk unggas membutuhkan jagung sebagai komponen utama
sebanyak 51, 4 %.
Di
Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun
tingkat produksi belum optimal. PT. Natural Nusantara berupaya
meningkatkan produksi tanaman jagung secara kuantitas, kualitas dan
ramah lingkungan /berkelanjutan ( Aspek K-3).
Produksi jagung dan perdagangan dunia
Provinsi penghasil jagung di Indonesia : Jawa Timur : 5 jt ton; Jawa
Tengah : 3,3 jt ton; Lampung : 2 jt ton; Sulawesi Selatan: 1,3 jt ton;
Sumatera Utara : 1,2 jt ton; Jawa Barat : 700 – 800 rb ton, sisa lainnya
(NTT, NTB, Jambi dan Gorontalo) dengan rata-rata produksi jagung
nasional 16 jt ton per tahun [4]
Produsen
jagung terbesar saat ini adalah Amerika Serikat (38,85% dari total
produksi dunia), diikuti China 20,97%; Brazil 6,45%; Mexico 3,16%; India
2,34%; Afrika Selatan 1,61%; Ukraina 1,44% dan Canada 1,34%. Sedangkan
untuk negara-negara Uni Eropa sebanyak 7,92% dan negara-negara lainnya
14,34%. Total produksi jagung pada tahun 2008/2009 adalah sebesar 791,3
juta MT.
Sentra Penanaman
Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa
Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus di Daerah
Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif
karena kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk
pertumbuhannya.
Biologi jagung
Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa
daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan).
Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu,
lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000
tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada
4000 tahun yang lalu. [1] Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung
(Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea
mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung
paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari
subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte
sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea,
kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung
merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara
liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal
maupun kultivar.
Sistimatika tanaman jagung adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
Jenis jagung dapat dikelompokkan menurut umur dan bentuk biji.
Menurut umur, dibagi menjadi 3 golongan:
a. Berumur pendek (genjah): 75-90 hari, contoh: Genjah Warangan, Genjah Kertas, Abimanyu dan Arjuna.
b. Berumur sedang (tengahan): 90-120 hari, contoh: Hibrida C 1, Hibrida CP 1 dan CPI 2, Hibrida IPB 4, Hibrida Pioneer 2, Malin,Metro dan Pandu.
c. Berumur panjang: lebih dari 120 hari, contoh: Kania Putih, Bastar, Kuning, Bima dan Harapan.
a. Berumur pendek (genjah): 75-90 hari, contoh: Genjah Warangan, Genjah Kertas, Abimanyu dan Arjuna.
b. Berumur sedang (tengahan): 90-120 hari, contoh: Hibrida C 1, Hibrida CP 1 dan CPI 2, Hibrida IPB 4, Hibrida Pioneer 2, Malin,Metro dan Pandu.
c. Berumur panjang: lebih dari 120 hari, contoh: Kania Putih, Bastar, Kuning, Bima dan Harapan.
Menurut bentuk biji, dibagi menjadi 7 golongan:
1. Dent Corn
2. Flint Corn
3. Sweet Corn
4. Pop Corn
5. Flour Corn
6. Pod Corn
7. Waxy Corn
Varietas unggul mempunyai sifat: berproduksi tinggi, umur pendek,
tahan serangan penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan.
Varietas unggul ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: jagung hibrida
dan varietas jagung bersari bebas.
Nama
beberapa varietas jagung yang dikenal antara lain: Abimanyu, Arjuna,
Bromo, Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru,
Hibrida C 1 (Hibrida Cargil 1), Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih,
Malin, Metro, Nakula, Pandu, Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, Bogor
Composite-2.
VARIETAS UNGGUL JAGUNG
VARIETAS
|
KEUNGGULAN
|
Kalingga | Umur panen 96 hari, produksi 5,4 - 7 ton / ha dan tahan penyakit bulai |
Wiyasa | Umur panen 96 hari , produksi ton7 / ha, tahan penyakit bulai dan karat daun |
Arjuna | Umur panen 85 - 90 hari , produksi 5-6 ton / ha , tahan terhadap penyakit bulai dan karat daun |
Nakula | Umur panen 85 hari , produksi 3,6 ton / ha, tahan terhadap penyakit bulai dan karat daun |
Sadewa | Umur panen 86 hari , produksi 3-7 ton / ha, agak tahan terhadap penyakit bulai dan tahan terhadap penyakit karat daun |
Srikandi | Umur panen 97 hari, produksi 8 ton / ha pipilan kering, tahan rebah, tahan penyakit bulai, tahan penyakit karat daun, tahan penyakit busuk tongkol dan toleran terhadap kekeringan |
Palakka | Masak fisiologis 97 hari, produksi 8 ton / ha pipilan kering, tahan rebah, tahan bulai, tahan karat daun, tahan penyakit busuk tongkol dan toleran terhadap kekeringan |
Sukmaraga | Masak fisiologis 105-110 hari , produksi 8,5 ton / ha, akar dalam dan kuat, dan agak tahan penyakit rebah |
Pioner 2 | Umur panen 100 hari , produksi 6,3-10 ton/ ha, tahan rebah dan agak tahan penyakit bulai |
Bisi 18 | Umur masak 100 hari ( dataran rendah ), serta125 hari ( dataran tinggi ), potensi produksi 12 ton / ha, tahan karat daun, tahan hawar dan, seragam, tahan rebah, akar baik , serta batang besar- kokoh dan tegak |
C1 | Umur panen 95-100 hari, produksi 5,8 ton / ha dan agak tahan penyakit bulai |
Pioner 1 | Umur panen 100 hari , produksi 5-6 ton/ ha, dan agak tahan penyakit bulai |
PB | Umur panen 100 hari ( dataran rendah), 118 hari ( dataran tinggi ), produksi 10 - 11,96 ton / ha, tahan penyakit karat daun. |
P9 | Umur panen 100 hari ( dataran rendah ) dan 113 hari ( dataran tinggi ), produksi 10 - 11,71 ton / ha, tahan karat daun dan tahan busuk tongkol |
Cpl 1 | Umur panen 100 hari, produksi 6,2 ton / ha dan agak tahan bulai |
Kandungan gizi
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada
endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh
bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran
amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh
patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh
pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan
pangan. Jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya
terasa lebih manis ketika masih muda.
Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:
Kalori : 355 Kalori
Protein : 9,2 gr
Lemak : 3,9 gr
Karbohidrat : 73,7 gr
Kalsium : 10 mg
Fosfor : 256 mg
Ferrum : 2,4 mg
Vitamin A : 510 SI
Vitamin B1 : 0,38 mg
Air : 12 gr
Dan bagian yang dapat dimakan 90 %.
Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat
yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.
SYARAT PERTUMBUHAN
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 24-30 °C. . Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl
Tanaman jagung paca masa pertumbuhan membutuhkan 45-60 cm air. Ketersediaan air dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk buatan yang cutup untuk meningkatkan pertumbuhan akar, kerapatan tanaman serta untuk melindungi dari rumput liar dan serangan hama.
Iklim
Iklim yang dikehendaki oleh tanaman jagung adalah daerah-daerah
beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah.
Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU
hingga 0-40 derajat LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan
tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan
harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung
perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim
hujan, dan menjelang musim kemarau.
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.
Pembibitan
Persyaratan Benih
Benih
yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik
maupun fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar,
tidak tercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak
tercemar hama dan penyakit). Benih yang demikian dapat diperoleh bila
menggunakan benih bersertifikat. Pada umumnya benih yang dibutuhkan
sangat bergantung pada kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh
benih.
Penggunaan
benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang lebih
tinggi. Tetapi harga benihnya yang lebih mahal dan hanya dapat digunakan
maksimal 2 kali turunan dan tersedia dalam jumlah terbatas. Beberapa
varietas unggul jagung untuk dipilih sebagai benih adalah: Hibrida C 1,
Hibrida C 2, Hibrida Pioneer 1, Pioneer 2, IPB 4, CPI-1, Kaliangga,
Wiyasa, Arjuna, Baster kuning, Kania Putih, Metro, Harapan, Bima,
Permadi, Bogor Composite, Parikesit, Sadewa, Nakula. Selain itu,
jenis-jenis unggul yang belum lama dikembangkan adalah: CPI-2, BISI-1,
BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3, Semar 1 dan Semar 2 (semuanya jenis
Hibrida).
Penyiapan Benih
Benih dapat diperoleh dari penanaman sendiri yang dipilih dari
beberapa tanaman jagung yang sehat pertumbuhannya. Dari tanaman
terpilih, diambil yang tongkolnya besar, barisan biji lurus dan penuh
tertutup rapat oleh klobot, dan tidak terserang oleh hama penyakit.
Tongkol dipetik pada saat lewat fase matang fisiologi dengan ciri: biji
sudah mengeras dan sebagian besar daun menguning. Tongkol dikupas dan
dikeringkan hingga kering betul. Apabila benih akan disimpan dalam
jangka lama, setelah dikeringkan tongkol dibungkus dan disimpan dan
disimpan di tempat kering. Dari tongkol yang sudah kering, diambil biji
bagian tengah sebagai benih. Biji yang terdapat di bagian ujung dan
pangkal tidak digunakan sebagai benih. Daya tumbuh benih harus lebih
dari 90%, jika kurang dari itu sebaiknya benih diganti. Benih yang
dibutuhkan adalah sebanyak 20-30 kg/ha.
1. Selalu mempergunakan benih segar yang berkualitas dengan tingkat berkecambahnya 85 %.
2. Gunakan varietas benih yang telah mengalami perbaikan clan diakui oleh Pemerintah, belilah benih dari perusahaan benih.
3. Benih harns dari varietas yang cocok dengan kondisi setempat.
4. Jumlah benih yang dianjurkan untuk setiap ha adalah 25 kg.
5. Hindari terjadinya kecambah yang jelek, serangan serangga, penyakit, burung dan hewan pengerat.
Pemindahan Benih
Sebelum
benih ditanam, sebaiknya dicampur dulu dengan fungisida seperti Benlate
untuk menangkal serangan jamur. Sedangkan bila diduga akan ada serangan
lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke dalam
lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik seperti
Furadan 3 G.
Pengolahan Media Tanam
Persiapan
Dilakukan
dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh
tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami
(calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian
diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak.
Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.
Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.
Pembentukan Bedengan
Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.
Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.
Pengapuran
Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur
yang diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun.
Pemberian dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada
barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan
dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar pada barisan
tanaman.
Pemupukan
Apabila
tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup
maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman
sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap.
Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan
KCl=50-100 kg/ha. Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:
Pemupukan
dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan saat
tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu
ditutup tanah;
Susulan
I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan
setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang
tanam sedalam 10 cm lalu di tutup tanah;
Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari.
Teknik Penanaman
Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun
selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada
daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Beberapa pola tanam
yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut:
Tumpang
sari (intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur
sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan
kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
Tumpang
gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun
dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan
maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kacang tanah, ubi kayu.
Tanaman
Bersisipan (Relay Cropping): pola tanam dengan cara menyisipkan satu
atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang
bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang
tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
Tanaman
Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa tanaman dan
tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi
satu Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit.
Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di
perhatikan agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang
tanam antara: 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih.
Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang
umurnya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih
luas. Jagung berumur dalam/panjang dengan waktu panen ³ 100 hari sejak
penanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung
berumur sedang (panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1
tanaman/lubang). Sedangkan jagung berumur pendek (panen <>
Cara Penanaman
Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat
juga digunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua
tanaman.
Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau
saat air berlebihan. Pada waktu musim penghujan atau waktu musim hujan
hampir berakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya
cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat penanaman
sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah
kering, perlu diairi dahulu, kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan
akan turun. Pembuatan lubang tanaman dan penanaman biasanya memerlukan 4
orang (2 orang membuat lubang, 1 orang memasukkan benih, 1 orang lagi
memasukkan pupuk dasar dan menutup lubang). Jumlah benih yang dimasukkan
per lubang tergantung yang dikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman per
lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji per lubang, bila dikehendaki 1
tanaman per lubang, maka benih yang dimasukkan 2 butir benih per lubang.
JARAK TANAM
1. Jarak antar bedengan 75 -80 cm
2. Jarak antar tanaman pada bedengan 20 -25 cm
3. Kerapatan yang dianjurkan 53.333 tanaman / ha.
1. Jarak antar bedengan 75 -80 cm
2. Jarak antar tanaman pada bedengan 20 -25 cm
3. Kerapatan yang dianjurkan 53.333 tanaman / ha.
PEMELIHARAAN TANAMAN
Penjarangan dan Penyulaman
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam.
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam.
Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan sebagainya. Yang penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah. Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan sebagainya. Yang penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah. Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga biasanya pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman berumur 1 bulan.
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga biasanya pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman berumur 1 bulan.
PEMUPUKAN DAN PEMELIHARAAN
Pemupukan yang dianjurkan, untuk pupuk organic ( pupuk kandang / kompos ) 20 ton / ha. Sedangkan untuk pupuk an organik : Urea 300 kg / ha, TSP 100 kg / ha, KCI 50 kg / ha. Pupuk dasar diberikan sebelum tanam atau bersamaan tanam sejumlah 20 ton / ha pupuk organic, 100 kg / ha Urea, 100 kg TSP, daD 50 kg / ha KCl dengan membuat larikan atau ditugalkan kemudian ditutup kembali dengan tanah dengan jarak 10 cm dari garis tanam / lubang tanam. Pupuk susulan diberikan 3 minggu setelah tanam berupa Urea 100 kg / ha, diteruskan pupuk susulan kedua pada tanaman berumur 5 minggu sejumlah 100 kg Urea / ha.
Penyiangan pertama dilakukan segera setelah rumput / gulma mulai tumbuh dengan cara pengerjaan tanah secara dangkal pada tanaman berumur 2 minggu. Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman berumur 3-4 minggu sekaligus dilakukan pembumbunan pada barisan tanaman jagung.
Dosis pemakaian pupuk di tiap-tiap daerah / wilayah berbeda-beda tergantung kondisi dan struktur serta tektur tanah, tetapi secara umum dosis pemupukan adalah Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak 200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50-100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.
Pemupukan yang dianjurkan, untuk pupuk organic ( pupuk kandang / kompos ) 20 ton / ha. Sedangkan untuk pupuk an organik : Urea 300 kg / ha, TSP 100 kg / ha, KCI 50 kg / ha. Pupuk dasar diberikan sebelum tanam atau bersamaan tanam sejumlah 20 ton / ha pupuk organic, 100 kg / ha Urea, 100 kg TSP, daD 50 kg / ha KCl dengan membuat larikan atau ditugalkan kemudian ditutup kembali dengan tanah dengan jarak 10 cm dari garis tanam / lubang tanam. Pupuk susulan diberikan 3 minggu setelah tanam berupa Urea 100 kg / ha, diteruskan pupuk susulan kedua pada tanaman berumur 5 minggu sejumlah 100 kg Urea / ha.
Penyiangan pertama dilakukan segera setelah rumput / gulma mulai tumbuh dengan cara pengerjaan tanah secara dangkal pada tanaman berumur 2 minggu. Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman berumur 3-4 minggu sekaligus dilakukan pembumbunan pada barisan tanaman jagung.
Dosis pemakaian pupuk di tiap-tiap daerah / wilayah berbeda-beda tergantung kondisi dan struktur serta tektur tanah, tetapi secara umum dosis pemupukan adalah Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak 200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50-100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.
Pengairan dan PenyiramanSetelah
benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah
telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan
menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air
yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada
parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
Waktu Penyemprotan PestisidaPenggunaan
pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat
membahayakan proses produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakan
yaitu pestisida yang dipakai untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaan
penyemprotan hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan
tingkat populasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih
efisien.
Hama dan Penyakit
Hama pada jagung
Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan; di sekitar bekas gigitan atau bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan dab bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman akan sangat membantu memutus siklus hidup lalat bibit, terutama setelah selesai panen jagung; (2) tanaman yang terserang lalat bibit harus segera dicabut dan dimusnahkan, agar hama tidak menyebar; (3) kebersihan di sekitar areal penanaman hendaklah dijaga dan selalu diperhatikan terutama terhadap tanaman inang yang sekaligus sebagai gulma; (4) pengendalian secara kimiawi insektisida yang dapat digunakan antara lain: Dursban 20 EC, Hostathion 40 EC, Larvin 74 WP, Marshal 25 ST, Miral 26 dan Promet 40 SD sedangkan dosis penggunaan dapat mengikuti aturan pakai.
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan; di sekitar bekas gigitan atau bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan dab bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman akan sangat membantu memutus siklus hidup lalat bibit, terutama setelah selesai panen jagung; (2) tanaman yang terserang lalat bibit harus segera dicabut dan dimusnahkan, agar hama tidak menyebar; (3) kebersihan di sekitar areal penanaman hendaklah dijaga dan selalu diperhatikan terutama terhadap tanaman inang yang sekaligus sebagai gulma; (4) pengendalian secara kimiawi insektisida yang dapat digunakan antara lain: Dursban 20 EC, Hostathion 40 EC, Larvin 74 WP, Marshal 25 ST, Miral 26 dan Promet 40 SD sedangkan dosis penggunaan dapat mengikuti aturan pakai.
Ulat pemotong
Gejala: tanaman jagung yang terserang biasanya terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman jagung yang masih muda itu roboh di atas tanah. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis sp. (A. ipsilon); Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) bertanam secara serentak pada areal yang luas, bisa juga dilakukan pergiliran tanaman; (2) dengan mencari dan membunuh ulat-ulat tersebut yang biasanya terdapat di dalam tanah; (3) sebelum lahan ditanami jagung, disemprot terlebih dahulu dengan insektisida.
Gejala: tanaman jagung yang terserang biasanya terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman jagung yang masih muda itu roboh di atas tanah. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis sp. (A. ipsilon); Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) bertanam secara serentak pada areal yang luas, bisa juga dilakukan pergiliran tanaman; (2) dengan mencari dan membunuh ulat-ulat tersebut yang biasanya terdapat di dalam tanah; (3) sebelum lahan ditanami jagung, disemprot terlebih dahulu dengan insektisida.
Penyakit pada jagung
Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclero spora maydis dan P. spora javanica serta P. spora philippinensis. yang akan merajalela pada suhu udara 27 derajat C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) pada tanaman berumur 2-3 minggu, daun runcing dan kecil, kaku dan pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) pada tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman yang terserang mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dan perubahan warna ini dimulai dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman dilakukan menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas unggul; (3) dilakukan pencabutan tanaman yang terserang, kemudian dimusnahkan.
Penyebab: cendawan Peronosclero spora maydis dan P. spora javanica serta P. spora philippinensis. yang akan merajalela pada suhu udara 27 derajat C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) pada tanaman berumur 2-3 minggu, daun runcing dan kecil, kaku dan pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) pada tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman yang terserang mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dan perubahan warna ini dimulai dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman dilakukan menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas unggul; (3) dilakukan pencabutan tanaman yang terserang, kemudian dimusnahkan.
Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman hendaknya selalu dilakukan guna menekan meluasnya cendawan; (2) mekanis dengan mengatur kelembaban lahan agar kondisi lahan tidak lembab; (3) kimiawi dengan pestisida antara lain: Daconil 75 WP, Difolatan 4 F.
Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan Puccinia polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa yaitu pada daun yang sudah tua terdapat titik-titik noda yang berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk yang berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini kemudian berkembang dan memanjang, kemudian akhirnya karat dapat berubah menjadi bermacam-macam bentuk. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban pada areal tanam; (2) menanam varietas unggul atau varietas yang tahan terhadap penyakit; (3) melakukan sanitasi pada areal pertanaman jagung; (4) kimiawi menggunakan pestisida seperti pada penyakit bulai dan bercak daun.
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan Puccinia polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa yaitu pada daun yang sudah tua terdapat titik-titik noda yang berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk yang berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini kemudian berkembang dan memanjang, kemudian akhirnya karat dapat berubah menjadi bermacam-macam bentuk. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban pada areal tanam; (2) menanam varietas unggul atau varietas yang tahan terhadap penyakit; (3) melakukan sanitasi pada areal pertanaman jagung; (4) kimiawi menggunakan pestisida seperti pada penyakit bulai dan bercak daun.
Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: pada tongkol ditandai dengan masuknya cendawan ini ke dalam biji sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus terdesak hingga pembungkus rusak dan kelenjar keluar dari pembungkus dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban areal pertanaman jagung dengan cara pengeringan dan irigasi; (2) memotong bagian tanaman kemudian dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur dengan fungisida secara merata hingga semua permukaan benih terkena.
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: pada tongkol ditandai dengan masuknya cendawan ini ke dalam biji sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus terdesak hingga pembungkus rusak dan kelenjar keluar dari pembungkus dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban areal pertanaman jagung dengan cara pengeringan dan irigasi; (2) memotong bagian tanaman kemudian dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur dengan fungisida secara merata hingga semua permukaan benih terkena.
Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas unggul, dilakukan pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) penyemprotan dengan fungisida setelah ditemukan gejala serangan.
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas unggul, dilakukan pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) penyemprotan dengan fungisida setelah ditemukan gejala serangan.
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA JAGUNG
a. PENGENDALIAN PENGGEREK TONGKOL (Heliothis armigera) PADA TANAMAN JAGUNG
EKOBIOLOGI
Ngengat betina meletakan telur pada rambut tongkol atau daun muda secara sendiri-sendiri, seeokor ngengat dapat meletakan telur sampai 1000 butir dan stadium telur antara 2-5 hari. Setelah menetas larva bergerak kebawah menuju tongkol clan menggerek bagian ujung atas tongkol. Selanjutnya larva bergerak makin kebawah dan memakan biji-biji muda hingga menjelang pupa.Larva berambut pendek dan mempunyai sifat kanibal, sehingga umumnya hanya dijumpai satu ekor larva da1am satu tongkol. Stadium larva berlangsung selama 17-24 hari dan terdiri dari 6 instar. Menjelang pupa larva keluar dari ujung tonggol atau lubang yang telah dipersiapkan menuju tanah dan membentuk pupa si dalam tanah. Stadium pupa berkisar antara 12-14 hari. Imago tidak tertarik terhadap cahaya lampu minyak biasa tetapi tertarik terhadap cahaya lampu.
PENGENDALIAN
a. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang
b. Saat pembentukan bunga/buah serempak
c. Pengumpulan dan pemusnahan larva yang mudah diambil
d. Pengendalian dengan penyemprotan insektisida efektif apabila ditemukan 3 tongkol rusak per 50 tanaman atau aplikasi insektisida butiran didaerah kronis/endemis pada saat menjelang berbunga.
b. Mengatasi Hama Penggerek Batang
Hama penggerek batang jagung merupakan serangga jenis Sesamia inferens W. Serangga ini meletakkan telurnya pada daun. Setelah menetas, larvanya akan memakan batang jagung. Gejala serangan hama ini adalah munculnya lubang pada batang. Selain itu, penggerek batang juga menyerang rambut dan pucuk tongkol buah. Jika dibiarkan, hama ini bisa menurunkan produksi atau bahkan menyebabkan gagal panen. Pencegahan hama penggerek batang dilakukan dengan menanam jagung secara serempak, melakukan rotasi atau pergiliran tanaman yang terserang. Pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan insektisida seperti Dursban, Decis, Matador, atau Curacron dengan dosis sesuai dengan aturan di kemasan.
c. Mengatasi Hama Lalat
Hama lalat (Atherigon exigua S) berwarna abu-abu berukuran 0,3-0,5 mm. Hama ini meletakkan telurnya yang berwarna putih di bawah permukaan daun. Setelah beberapa hari, telur menetas menjadi larva lalu memakan daun, pangkal daun, dan pangkal batang. Serangan larva lalat menyebabkan munculnya lubang-lubang di seluruh bagian tanaman. Jika serangannya menghebat, batang akan patah karena pangkalnya habis dimakan. Pencegahan hama lalat antara lain dengan melakukan penanaman secara serentak, memakai benih varietas yang tahan serangan hama ini, memasang mulsa jerami di atas bedengan, dan selalu menjaga kebersihan bedengan dari gulma. Pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan insektisida seperti Buldok 25 EC, Supracide 40 EC dengan dosis sesuai dengan aturan di kemasan.
d. Mengatasi Hama Ulat Tongkol
Ulat Tongkol (Heliotis armigera) meletakkan telurnya yang berwarna putih di daun dan rambut tongkol. Setelah menetas, telur akan berubah menjadi larva berwarna kuning dengan kepala berwarna hitam. Larva inilah yang akan menyerang tongkol buah, dan menyebabkan kebusukan. Pencegahan hama ini dilakukan dengan mengambil dan memusnahkannya satu persatu. Jika serangannya menghebat, pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan insektisida seperti Matador, Thiodan, atau Curacron dengan dosis sesuai dengan aturan di kemasan.
e. Mengatasi Hama Ulat Tanah
Ulat tanah (Agrotis ipsilon) menyerang bagian-bagian vital tanaman seperti batang dan buah. Hama ini sangat menjengkelkan, karena menyerang hanya pada malam hari dan akan bersembunyi di dalam tanah pada siang hari. Ulat tanah biasa menyerang tanaman yang masih muda. Batang tanaman yang terserang akan patah dan mati. Pencegahan hama ini dilakukan dengan menyemprot lahan tanam menggunakan pestisida sebelum masa tanam. Pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan insektisida seperti Furadan 3G, Petrofur, atau insektisida yang bersifat sistemik yang meresap ke seluruh bagian tanaman dengan dosis sesuai dengan aturan di kemasan.
MENGATASI PENYAKIT PADA TANAMAN JAGUNG
Penyakit pada tanaman jagung yang sering merusak adalah golongan Fungi / Jamur / cendawan. Cara mengsiasati / mengurangi timbulnya penyakit adalah
a. Menggunakan benih unggul yang bebas penyakit, yang tahan terhadap penyakit
b. Pola tanam yang bergantian, atau tidak menam jagung secara terus menerus dalam satu hamparan areal yang sama
c. Jarak tanam yang teratur sehingga sinar matahari dapat masuk ( termasuk arah baris ) di harapkan menghadap timur- barat; hal ini juga berhubungan dengan kelembaban ( iklim mikro )
d. Jika curah hujan tinggi maka di buat saluran air sehingga air hujan dapat tuntas terbuang hal ini mengurangi busuk akar pada jagung.
e. Penggunaan Fungisida jika memungkinkan di sarankan juga menggunakan Bakterisida . Jenis dan merek dagang Fugisida dan Bakterisida bermacam - macam, supaya tidak bingung silahkan tanyakan kepada kios/ toko pertanian terdekat.
Tips dalam menentukan jenis dan merek Fungisida / Bakterisida adalah perhatikan bahan aktif, jangan terkecoh oleh merek terkenal atau harga yang mahal. Jika menyemprot pada musim penghujan maka campur dengan perekat / agristic.
Penyakit pada tanaman jagung yang sering merusak adalah golongan Fungi / Jamur / cendawan. Cara mengsiasati / mengurangi timbulnya penyakit adalah
a. Menggunakan benih unggul yang bebas penyakit, yang tahan terhadap penyakit
b. Pola tanam yang bergantian, atau tidak menam jagung secara terus menerus dalam satu hamparan areal yang sama
c. Jarak tanam yang teratur sehingga sinar matahari dapat masuk ( termasuk arah baris ) di harapkan menghadap timur- barat; hal ini juga berhubungan dengan kelembaban ( iklim mikro )
d. Jika curah hujan tinggi maka di buat saluran air sehingga air hujan dapat tuntas terbuang hal ini mengurangi busuk akar pada jagung.
e. Penggunaan Fungisida jika memungkinkan di sarankan juga menggunakan Bakterisida . Jenis dan merek dagang Fugisida dan Bakterisida bermacam - macam, supaya tidak bingung silahkan tanyakan kepada kios/ toko pertanian terdekat.
Tips dalam menentukan jenis dan merek Fungisida / Bakterisida adalah perhatikan bahan aktif, jangan terkecoh oleh merek terkenal atau harga yang mahal. Jika menyemprot pada musim penghujan maka campur dengan perekat / agristic.
PEMANENAN JAGUNG
Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung dari tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung juga dapat dibedakan dalam 4 tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua dan masak kering/masak mati.
Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung dari tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung juga dapat dibedakan dalam 4 tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua dan masak kering/masak mati.
CIRI- CIRI DAN UMUR PANEN
Ciri jagung yang siap dipanen adalah:
a) Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.
b) Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
c) Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.
a) Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.
b) Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
c) Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.
Jagung
untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi
penuh. Saat itu diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk
direbus dan dibakar, dipanen ketika matang susu. Tanda-tandanya kelobot
masih berwarna hijau, dan bila biji dipijit tidak terlalu keras serta
akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk makanan pokok (beras
jagung), pakan ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan lainnya
dipanen jika sudah matang fisiologis. Tanda-tandanya: sebagian besar
daun dan kelobot telah menguning. Apabila bijinya dilepaskan akan ada
warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat menempelnya biji pada
tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak meninggalkan bekas.
Cara Panen JAGUNG
Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung. Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok bila menggunakan alat mesin pemetikan.
Periode Panen JAGUNGPemetikan
jagung pada waktu yang kurang tepat, kurang masak dapat menyebabkan
penurunan kualitas, butir jagung menjadi keriput bahkan setelah
pengeringan akan pecah, terutama bila dipipil dengan alat. Jagung untuk
keperluan sayur, dapat dipetik 15 sampai dengan 21 hari setelah tanaman
berbunga. Pemetikan jagung untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus, tidak
harus menunggu sampai biji masak, tetapi dapat dilakukan ± 4 minggu
setelah tanaman berbunga atau dapat mengambil waktu panen antara umur
panen jagung sayur dan umur panen jagung masak mati.
Prakiraan Produksi TANAMAN JAGUNGProduksi
jagung di suatu negara sering mengalami pasang surut. Hal ini dapat
terjadi sebagai akibat perubahan areal penanaman jagung. Namun demikian
dengan ditemukannya varietas-varietas unggul sebagai imbangan
berkurangnya lahan, maka totalitas produksi tidak akan terlalu berubah.
Irigasi dan pemupukan sangat penting untuk mendapatkan produksi yang
baik. Walaupun potensi hasil cukup tinggi, cara untuk mendapatkan
produksi pada tingkat optimal yang dilakukan oleh petani, baru
memberikan hasil 17 ton/ha.
Pascapanen
Setelah jagung dipetik biasanya dilakukan proses lanjutan yang merupakan serangkaian pekerjaan yang berkaitan dan akhirnya produk siap disimpan atau dipasarkan.
Setelah jagung dipetik biasanya dilakukan proses lanjutan yang merupakan serangkaian pekerjaan yang berkaitan dan akhirnya produk siap disimpan atau dipasarkan.
PengupasanJagung
dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan
selesai. Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam
tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak
menimbulkan kerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan.
Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses
pengeringan. Untuk jagung masak mati sebagai bahan makanan, begitu
selesai dipanen, kelobot segera dikupas.
PengeringanPengeringan
jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara tradisional
jagung dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9-11
%. Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat
dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat
dan digantung.
Secara
buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering untuk menghemat tenaga
manusia, terutama pada musim hujan. Terdapat berbagai cara pengeringan
buatan, tetapi prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air di dalam
biji dengan panas pengeringan sekitar 38-43 derajat C, sehingga kadar
air turun menjadi 12-13 %. Mesin pengering dapat digunakan setiap saat
dan dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan kadar air biji jagung
yang diinginkan.
PemipilanSetelah dijemur sampai kering jagung dipipil. Pemipilan dapat menggunakan tangan atau alat pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar. Pada dasarnya "memipil" jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah, yaitu memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. Jagung melekat pada tongkolnya, maka antara biji dan tongkol perlu dipisahkan.
Penyortiran dan Penggolongan
Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak menurunkan kualitas jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu pengumpilan. Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat memperbaiki peredaran udara.
Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak menurunkan kualitas jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu pengumpilan. Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat memperbaiki peredaran udara.
Untuk
pemisahan biji yang akan digunakan sebagai benih terutama untuk
penanaman dengan mesin penanam, biasanya membutuhkan keseragaman bentuk
dan ukuran buntirnya. Maka pemisahan ini sangat penting untuk menambah
efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai cara membersihkan atau
memisahan jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahan dengan cara
ditampi seperti pada proses pembersihan padi, akan mendapatkan hasil
yang baik.
" Salam Tani "
Comments
Post a Comment