Analisis pendapatan usaha tani jagung manis



1.1   Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian maupun penopang pembangunan nasional. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman pangan, subsektor holtikultura, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan. Pertanian di Indonesia merupakan salah satu sektor yang sangat berperan sebagai mata pencarian masyarakat karena mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani, namun produktivitas pertanian masih jauh dari harapan.  Faktor penyebab rendahnya produktivitas pertanian salah satunya adalah kemampuan petani dalam mengalokasikan sumberdaya secara optimal masih relatif rendah sehingga produksi yang dihasilkan belum maksimal dan pendapatan yang diperoleh belum mampu meningkatkan kesejahteraan petani itu sendiri.
Pelaksanaan usahatani yang dilakukan oleh petani harus mempunyai pertimbangan yang tepat dalam berproduksi agar memperoleh keuntungan yang terbaik. Keuntungan yang terbaik atau maksimum dicapai pada saat tingkat produksi optimal.  Sudarsono (1995) menjelaskan, untuk memperoleh tingkat produksi optimal produsen haruslah memperhitungkan jumlah produksi yang berada pada posisi keseimbangan atau untung dan jika dikurangi/ditambah justru akan rugi.  Produksi optimal terjadi pada saat kegiatan produksi memberikan selisih paling besar antara penerimaan dan biaya. Penggunaan biaya yang efisien tentunya merupakan langkah awal dalam penentuan produksi yang optimal.
Ciri utama yang ada pada petani jika ditinjau dari segi ekonomi ialah terbatasnya sumberdaya dasar tempat ia berusahatani, umumnya mereka hanya menguasai sebidang lahan kecil, kadang-kadang disertai dengan ketidakpastian dalam pengelolaannya, lahannya sering tidak subur dan terpencar-pencar dalam beberapa petak, mereka mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan kesehatan yang rendah serta sering terjerat hutang dan tidak terjangkau oleh lembaga kredit dan sarana produksi.
Keuntungan dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan total penerimaan dengan mempertahankan total biaya yang tetap. Usaha memaksimumkan keuntungan untuk menentukan tingkat produksi dapat dilakukan dengan menggunakan program linear, dalam program linear yang dimaksud dengan "memaksimumkan" adalah memaksimumkan keuntungan, artinya bagaimana keuntungan yang diperoleh melalui proses produksi dapat setinggi mungkin untuk mendapatkan produksi yang optimum (Soekartawi 1995).
Jagung secara nasional merupakan tanaman pangan penting kedua setelah padi dan perannya semakin meningkat setiap tahun sejalan dengan pertambahan penduduk, peningkatan usaha peternakan, dan berkembangnya industri pangan berbahan baku jagung.  Kesadaran umum mengenai pentingnya pengembangan jagung sebagai komoditas masa depan semakin meningkat di mana kegunaan jagung tidak hanya untuk industri pangan tapi juga sebagai energi (Mawardi et al. 2007).
Jagung merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting dan mengambil peran dalam pembangunan sektor pertanian. Jagung dapat menjadi barang substitusi beras dan ubi kayu bagi orang Indonesia dan merupakan makanan pokok kedua setelah beras.  Wilayah Indonesia sendiri masih memiliki beberapa daerah yang berbudaya mengkonsumsi jagung secara langsung seperti Madura, pantai selatan Jawa Timur, pantai selatan Jawa Tengah, Yogyakarta, pantai selatan Jawa Barat, Sulawesi Selatan bagian timur, Kendari, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Boolang Mongondow, Maluku Utara, Karo, Dairi, Simalungun, NTT, dan sebagian NTB ( Suprapto dan Marzuki, 2005).
Jagung menjadi salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan saling terkait dengan industri besar,  selain dikonsumsi sebagai sayuran, buah jagung juga bisa diolah menjadi aneka makanan. Jagung pipilan kering  dimanfaatkan untuk pakan ternak.  Kondisi ini membuat budidaya jagung memiliki prospek yang sangat menjanjikan, baik dari segi permintaan maupun harga jualnya, terlebih lagi setelah ditemukan benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan benih jagung biasa. Keunggulan  tersebut antara lain, masa panennya lebih cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta produktivitasnya lebih tinggi (Warsana,2007).
 Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi, produksi jagung nasional tahun 2013 sebesar 18,95 juta ton pipilan kering atau mengalami peningkatan sebesar 1,30 juta ton dibandingkan 2011.  Peningkatan produksi diperkirakan di Jawa sebesar 0,80 juta ton dan di luar Jawa sebesar 0,51 juta ton. Peningkatan produksi terjadi karena adanya perkiraan luas panen seluas 132,78 ribu hektar dan produktivitas sebesar 1,74 kuintal/hektar. Peningkatan produksi jagung tahun 2013 yang relatif besar terdapat di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa tenggara Timur, dan Yogyakarta. Sedangkan penurunan produksi terdapat di Provinsi Aceh, Sulawesi Tengah, Sumatera Selatan, Banten dan Riau (Ditjen PEN Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2012).
Sulawesi Tengah merupakan salah satu wilayah penghasil jagung di Indonesia,  tanaman jagung di daerah ini dipanen dalam bentuk jagung kering yang kemudian digiling  untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga petani sebagai pengganti beras, jagung  juga dipanen dalam bentuk segar (tongkol) untuk dikomsumsi sebagai buah dan sayuran, serta ada pula yang dipanen batang dan daun untuk kebutuhan pakan ternak.  Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas tanaman jagung di Sulawesi Tengah disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1.  Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Jagung di Provinsi Sulawesi Tengah, 2009-2013.
No
Tahun
Luas Panen
(Ha)
Produksi*
(Ton)
Produktivitas*
(Ton/Ha)
1
2013
34.174
139.265
4,07
2
2012
37.418
141.649
3,78
3
2011
41.281
161.810
3,91
4
2010
42.747
162.306
3,79
5
2009
46.245
164.282
3,55

Jumlah
201.865
623.683
-

Rata-rata
40.373
124.737
3,20
Sumber: Data Badan Pusat Statistik Provinsi Sulteng 2013
Keterangan: *(Produksi jagung dalam bentuk pipilan kering)
Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi tanaman jagung Sulawesi Tengah dalam lima tahun terakhir mengalami fluktuasi, penurunan yang cukup signifikan terjadi dalam tiga tahun terakhir sehingga rata-rata produksi yang diperoleh hanya sebesar 124.737 ton dengan rata-rata luas panen sebesar 40.373 ha dan rata-rata prduktivitas 3,20 ton/ha.  Terjadinya fluktuasi produksi ini disebabkan oleh adanya perubahan peningkatan dan penurunan luas panen tiap tahun, adanya faktor cuaca dan iklim yang tidak menentu pada daerah di Sulawesi Tengah, gangguan hama dan penyakit yang menyerang tanaman jagung dan terjadinya fluktuasi harga pada input dan sarana produksi, sehingga berdampak pada peningkatan ataupun penurunan jumlah produksi.
Kabupaten Sigi memiliki sumberdaya alam yang sangat potensial untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura, hal ini dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakatnya yang menggantungkan hidupnya disektor pertanian.  Kabupaten Sigi juga merupakan salah satu daerah pengembangan produksi jagung di Sulawesi Tengah hal ini dapat terlihat dari luas panen yang cukup besar, adapun perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas tanaman jagung di Kabupaten Sigi ditampilkan pada Tabel 2.







Tabel 2.  Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Jagung di Provinsi Sulawesi Tengah menurut Kabupaten, 2013
No
Kabupaten
Luas Panen
(Ha)
Produksi*
(Ton)
Produktivitas*
(Ton/Ha)
1
Banggai Kepulauan
377
1 404
3,72
2
Banggai
2.885
12 135
4,20
3
Morowali
981
 4 624
4,71
4
Poso
 2.279
8 706
3,82
5
Donggala
 3.158
 14 578
4,61
6
Tolitoli
  347
1 143
3,29
7
Buol
525
 2 093
3,98
8
Parigi Moutong
 5.476
20 823
3,80
9
Tojo Una-Una
 11.341
 44 139
3,89
10
Sigi
6.401
27 918
4,36
11
Banggai laut1)
12
Morowali Utara1)
13
Palu
404
 1 703
4,21

Jumlah
34.174
139.266
-

Rata-rata
2.628,77
10.712,77
3,43
Sumber: Data Badan Pusat Statistik Provinsi Sulteng 2013
Keterangan: *(Produksi jagung dalam bentuk pipilan kering)
Tabel 2 menunjukan bahwa Kabupaten Sigi merupakan salah satu daerah penghasil jagung yang cukup besar diantara beberapa kabupaten lainnya, pada tahun 2013 luas panen tanaman jagung di Kabupaten Sigi sebesar 6.401 Ha menempati urutan ke dua setelah Kabupaten Tojo Una-Una dengan produksi sebanyak 27.918 ton, namun demikian  pada tingkat produktivitas Kabupaten Sigi baru mencapai 4,36 ton/ha, hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi  pemerintah Kabupaten Sigi yang memiliki lahan yang masih luas untuk dijadikan lahan pertanian khususnya untuk tanaman jagung.
Kabupaten Sigi terdapat 15 kecamatan, setiap kecamatan memiliki potensi sumberdaya alam yang besar terutama di sektor pertanian, sehingga membutuhkan pengelolaan yang lebih intensif.  Kecamatan Sigi Biromaru merupakan salah satu dari beberapa kecamatan penghasil jagung yang ada di Kabupaten Sigi, lebih jelas data luas panen, produksi dan produktivitas tanaman jagung menurut kecamatan di Kabupaten Sigi terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3.  Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Jagung di   Kabupaten Sigi menurut Kecamatan, 2013
No
Kecamatan
Luas Panen
(Ha)
Produksi*
(Ton)
Produktivitas*
(Ton/Ha)
1
Pipikoro
146
546,6
3,74
2
Kulawi Selatan
236
885,8
3,75
3
Kulawi
128
479
3,74
4
Lindu
2.966
11.071,8
3,73
5
Nokilalaki
115
430
3,74
6
Palolo
295
1.101,7
3,73
7
Gumbasa
295
536,2
1,81
8
Dolo Selatan
2.048
7.634,3
3,72
9
Dolo Barat
1.280
4.783,8
3,73
10
Tanambulawa
118
438,6
3,71
11
Dolo
146
544,3
3,72
12
Sigi Biromaru
297
1.107,6
3,73
13
Marawola
120
446,7
3,72
14
Marawola Barat
380
1.412,4
3,71
15
Kinovaro
248
924,4
3,72

Jumlah
8.818
32.343,2
-

Rata-rata
587,86
2156,2
3,6
Sumber: Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sigi 2013
Keterangan: *(Produksi jagung dalam bentuk pipilan kering)
Tabel 3 memperlihatkan luas panen, produksi dan produktivitas dari  tiap-tiap Kecamatan yang berbeda.  Kecamatan Sigi Biromaru merupakan salah satu daerah penghasil jagung yang cukup besar diantara Kecamatan lainnya, Pada Tahun 2013 luas panen tanaman jagung di Kecamatan Sigi Biromaru sebesar   297 Ha dengan hasil produksi sebanyak 1.107,6 ton pada tingkat produktivitas 3,73 Ton/Ha. Kecamatan Sigi Biromaru memiliki potensi pada komoditas jagungnya, sehingga pengembangan usahatani tanaman ini perlu terus ditingkatkan, antara lain dengan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki agar usahatani menjadi lebih efisien.
Produksi yang relatif rendah seringkali terjadi pada semua komoditi pertanian terutama yang diusahakan oleh petaniMasalah produksi berkenaan dengan sifat usahatani yang selalu tergantung pada alam, selain itu faktor risiko yang tinggi karena penggunaan pupuk kimia yang berlebihan menyebabkan produktivitas lahan semakin rendah dan tidak stabil, bahkan hal ini dapat menyebabkan tingginya peluang-peluang untuk terjadinya kegagalan produksi. Menurut Sudaryono (1998) rendahnya hasil jagung adalah karena sebagian besar jagung diusahakan pada lahan dengan kesuburan tanah yang rendah.
Soekartawi (1987) menjelaskan bahwa tersedianya sarana atau faktor produksi (input) belum berarti produktifitas yang diperoleh petani akan tinggi, namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien adalah upaya yang sangat penting.  Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi tinggi dapat tercapai. Bila petani mendapat keuntungan besar dalam usahataninya dikatakan bahwa alokasi faktor produksi efisien secara alokatif.  Cara ini dapat ditempuh dengan membeli faktor produksi pada harga murah dan menjual hasil pada harga relatif tinggi, bila petani mampu meningkatkan produksinya dengan harga sarana produksi dapat ditekan tetapi harga jual tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga atau melakukan efisiensi ekonomi.
Berdasarkan uraian diatas, maka produktivitas usahatani akan semakin tinggi bila petani atau produsen mampu mengalokasikan input produksi secara optimal guna mendapatkan keuntungan. Melihat kondisi tersebut peneliti merasa perlu untuk melakukan praktek mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Jagung Manis di Desa Bulupountu Jaya Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi”
1.2     Rumusan Masalah
          Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan suatu masalah yaitu berapa banyak pendapatan usahatani jagung manis di Desa Bolopontu Jaya Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi
1.3     Tujuan Praktek
          Tujuan dari praktek tersebut adalah untuk mengetahui pendapatan atau keuntungan usahatani jagung manis di Desa Bolopontu Jaya Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi.
1.4     Manfaat Praktek
         Manfaat dari praktek ini adalah sebagai bahan informasi dan  pengetahuan bagi peneliti untuk memahami usahatani jagung, bahan informasi bagi petani dalam melihat seberapa besar keuntungan dari usahatani jagung manis, bahan informasi bagi pemerintah sebagai penentu kebijakan, serta bagi peneliti lainnya dalam mengkaji masalah yang berkaitan dengan penelitian ini. 














II. LANDASAN TEORI
2.1     Penelitian Terdahulu
Hasil-hasil penelitian terdahulu tentu sangat relevan sebagai referensi ataupun pembanding, karena terdapat beberapa kesamaan prinsip walaupun dalam beberapa hal terdapat perbedaan.  Penggunaan hasil-hasil penelitian sebelumnya dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dalam kerangka dan kajian penelitian ini.  Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam penulisan ini sebagai berikut:
          Penelitian Ni Ketut Agustyari, I Made Antara, dan I Gusti Ayu Agung Lies Anggraeni (2013) tentang “Perbandingan Pendapatan Usahatani Jagung Manis dan Padi di Subak Delot Sema Padanggalak Desa Kesiman Petilan Kecamatan Denpasar Timur”. Tujuan penlitian untuk menganalisis perbandingan pendapatan  usahatani jagung manis dan padi. Hasil penelitian menunjukkan perbandingan rata-rata pendapatan per bulan yang diperoleh petani responden jagung manis yaitu sebesar        Rp 9,263,218/bulan/ha, lebih besar sekian juta yaitu Rp 6,727,102/bulan/ha (57,01%) di bandingkan padi (opportunity cost) yaitu sebesar Rp 2,536,116/bulan/ha. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan luas lahan yang sama untuk usahatani jagung manis menghasilkan pendapatan lebih tinggi dari pada usahatani padi (opportunity cost).
            Penelitian Decky Wetno (2010) tentang “Analisis Pendapatan Petani Jagung Peserta Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Di Kabupaten Nabire”. Tujuan penelitian untuk menganalisis perbedaan pendapatan petani jagumg yang menerima bantuan dana PUAP dan non PUAP, serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung. Hasil penelitian menunjukkan pendapatan petani jagung yang menerima bantuan PUAP lebih tinggi dari pada non PUAP, yaitu sebanyak Rp. 6.107.031,25 untuk penerima PUAP dan Rp. 3.769.968,75 untuk non PUAP.
Penelitian Yusmaniar N (2014) tentang “Analisis Pendapatan Usahatani Jagung Manis dan Faktor - Faktor Yang Mempengaruhinya di Nagari Piobang Kecamatan Payakunbuh Kabupaten Lima Puluh Kota”. Tujuan penelitian untuk menganalisis pendapatan usahatani jagung manis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usahatani jagung manis cukup tinggi yaitu sebesar Rp. 7.316.344, dan usahatani ini layak untuk di diusahakan karena nilai R/C rasionya lebih dari 1 yaitu 1,59.
2.2     Landasan Teori
Tanaman jagung yang bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L., adalah salah satu jenis tanaman biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan (Gradinaceae) yang sudah populer di seluruh dunia.  Tanaman ini terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan biji.  Akar tanaman jagung berakar serabut menyebar ke bawah sekitar 25 cm. Batang berwarna hijau sampai keunguan, berbentuk bulat dengan penampang melintang 2 – 2,5 cm. Tinggi tanaman bervariasi antara 125 cm – 250 cm. Batang berbuku-buku yang dibatasi oleh ruas-ruas.  Daun terdiri atas pelepah daun dan helaian daun.  Helaian daun memanjang dengan ujung daun meruncing. Biji tersusun rapi pada tongkol dan biji berkeping tunggal berderet pada tongkol. Setiap tongkol terdiri atas 10 – 14 deret, sedangkan setiap tongkol terdiri dari kurang lebih 200 – 400 butir biji (Suprapto, 1991).
Tanaman jagung dapat ditanam dari dataran rendah sampai dataran tinggi yang memiliki ketinggian sekitar 100 m atau lebih dari permukaan laut.  Suhu yang baik untuk tanaman jagung adalah 23oC – 27oC.  Tanah yang paling baik untuk ditanami jagung adalah tanah lempung berdebu, lempung berpasir atau lempung.  Derajat keasaman atau pH yang paling baik untuk tanaman jagung adalah pH 5,5 – 7,0, karena pada pH netral, unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman jagung banyak tersedia di dalamnya  (Warisno. 1998).
Berikut ini merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam budidaya tanaman jagung menurut Suprapto (1991) dan Warisno (1998).
1.      Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk tanaman jagung keadaan tanahnya terlampau basah tetapi cukup lembab sehingga mudah dikerjakan dan tidak lengket sampai tanah menjadi gembur. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara dibajak, dicangkul atau ditraktor. Sisa-sisa tanaman atau gulma yang dapat mengganggu penyerapan unsur-unsur hara di dalam tanah dibersihkan kemudian tanah tersebut diolah dengan bajak atau cangkul sedalam 15 cm – 20 cm yang dilakukan berkali-kali sampai tanah cukup gembur.
2.      Waktu Tanam
Pembuatan lubang tanam jagung biasanya menggunakan suatu alat yang disebut tugal.  Cara menggunakan alat tersebut adalah menancapkan ujungnya ke dalam tanah sesuai dengan jarak tanam.  Setelah lubang tanah berbentuk benih yang telah disiapkan sebelumnya dimasukkan ke dalam lubang dan selanjutnya lubang yang telah ada benihnya ditutup dengan sedikit tanah yang gembur.
3.      Penyulaman
Penyulaman dilakukan bila ada tanaman jagung yang mati, yaitu satu minggu setelah tanam. Penyulaman hendaknya menggunakan benih yang sama.
4.      Penyiangan
Penyiangan dimaksudkan untuk membersihkan atau menghilangkan tumbuhan pengganggu (gulma) yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman jagung. Penyiangan pertama kali dilakukan pada waktu tanaman jagung berumur kira-kira 15 hari setelah tanam.  Penyiangan kedua dilakukan pada saat tanaman jagung telah berumur 3 – 4 minggu setelah tanam.
5.      Pemupukan
Pemupukan pada tanaman jagung bertujuan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, pemberian pupuk ini selain dapat meningkatkan hasil panen secara kuantitatif, juga dapat meningkatkan kualitas hasilnya.  Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, pupuk TSP/SP36 dan pupuk KCL.
6.      Panen dan Pasca Panen
Jagung dapat dipanen setelah tanaman berumur 95 hari – 100 hari setelah tanam, itupun tergantung pada ketinggian tempat serta varietas yang ditanam.
2.3   Konsep Usahatani
Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh hasil selanjutnya (Adiwilaga, 1986).  Usahatani adalah organisasi dari alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang ditujukan pada produksi di lapangan pertanian, keempat unsur tersebut mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan usahatani.  Umumnya ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia antara lain memiliki lahan sempit, modal relatif kecil, tingkat pengetahuan terbatas dan kurang dinamik sehinggga berakibat pada rendahnya pendapatan usahatani (Soekartawi, 1986).
Tujuan dari setiap petani dalam menjalankan usahataninya berbeda-beda, apabila menjalankan usahatani ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik dengan melalui atau tanpa melalui peredaran uang, maka usahatani yang demikian disebut pencukup kebutuhan keluarga (subsistence farm), bila motif berusaha tani didorong oleh keinginan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya, maka usahatani yang demikian disebut usahatani komersial (commercial farm).  Usaha tani yang baik adalah usaha tani yang bersifat produktif dan efisien yaitu mempunyai produktivitas yang tinggi dan bersifat kontiniu (Mubyarto, 2000).
Berusahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi dilahan pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatannya.    Ratag (1982) mengemukakan bahwa suatu usahatani yang baik adalah usaha menempatkan faktor-faktor produksi pada suatu kombinasi dan cara yang baik, sehingga diperoleh keuntungan yang besar dalam suatu jangka waktu tertentu.
2.4   Analisis Usahatani
Soekartawi (1995) menjelaskan, ada tiga data yang sering dipakai dalam melakukan analisis usahatani. Data tersebut meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani. Cara analisis terhadap tiga variabel ini sering disebut dengan analisis anggaran arus uang tunai (cash flow analysis).  Pendapatan usahatani dapat dikatakan layak apabila total penerimaan yang diperoleh lebih besar dibandingkan total biaya yang dikeluarkan, dalam kondisi tersebut suatu usahatani layak untuk diusahakan.
2.4.1   Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan atau pandapatan kotor dapat diartikan sebagai nilai produk total dalam jangka waktu tertentu baik yang dipasarkan maupun tidak. Penerimaan usahatani terdiri dari hasil penjualan produksi pertanian, produksi yang dikonsumsi dan kenaikan nilai invertaris. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jualnya. Menurut Hernanto (1993), penerimaan usahatani yaitu penerimaan dari sumber-sumber usahatani dan keluarga.  Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut:



Text Box: TR = Y . Py
 




Dimana :
TR = Total Revenue (Total penerimaan)
Y   = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py  = Harga Produk (Y)

2.4.2.   Biaya Usahatani
Biaya dalam kegiatan usahatani oleh petani ditujukan untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi bagi usahatani yang dikerjakan, dengan mengeluarkan biaya maka petani mengharapkan pendapatan yang setinggi-tingginya melalui tingkat produksi yang tinggi.  Biaya produksi akan selalu muncul dalam setiap kegiatan ekonomi dimana usahanya selalu berkaitan dengan produksi. Timbulnya biaya produksi sangat berkaitan dengan diperlukannya input (faktor-faktor produksi) ataupun pengorbanan lainnya yang digunakan dalam kegiatan produksi tersebut, pada hakekatnya biaya (cost) adalah sejumlah uang tertentu yang telah diputuskan guna pembayaran ataupun pembelian input yang diperlukan, sehingga tersedia sejumlah uang (biaya) yang benar-benar telah diperhitungkan sedemikian rupa agar produksi dapat berlangsung (Rosyidi Suherman, 1996).
Soekartawi (1995) menjelaskan bahwa biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).  Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun roduksi yang diperoleh banyak atau sedikit, contoh biaya tetap antara lain: pajak, sewa tanah, alat pertanian, dan iuran irigasi, sedangkan biaya tidak tetap atau biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh contohnya biaya untuk sarana produksi. Jika menginginkan produksi yang tinggi, maka tenga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar-kecilnya produksi yang diinginkan, dalam enghitung total biaya usahatani digunakan rumus dibawah ini:


Text Box: TC = FC + VC
 






Dimana:
TC = Total Cost (Total biaya)
FC = Fixed Cost (Biaya tetap)
VC = Variabel Cost (Biaya variabel)
2.4.3 Pendapatan Usahatani
Mubyarto (1991) menjelaskan, pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan.  Selain itu pendapatan dapat digambarkan sebagai balas jasa dan kerja sama faktor-faktor produksi yang disediakan oleh petani sebagai penggerak, pengelolah, pekerja dan sebagai pemilik modal.  Pendapatan merupakan hasil pengurangan antara hasil penjualan dengan semua biaya yang dikeluarkan mulai dari masa tanam sampai produk tersebut berada ditangan konsumen akhir, untuk menghitung pendapatan usahatani digunakan rumus:


Text Box: π=TR-TC
 




Dimana:
    = Pendapatan usahatani
TR =  Total Revenue (Total penerimaan)
TC = Total Cost (Total biaya)
          Pendapatan dalam usahatani memiliki kaitan erat terhadap tingkat produksi yang dicapai, apabila tingkat produksi meningkat maka pendapatan akan cenderung meningkat pula. Kegiatan usahatani bertujuan untuk mencapai produksi yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan.  Pendapatan yang makin tinggi hanya dapat dicapai dengan pengelolaan faktor-faktor produksi usahatani secara intensif.  Modal adalah salah satu faktor produksi diantara tiga faktor yang disatu padukan dalam proses produksi yakni tanah, tenaga kerja, pengalaman (skill) dan modal (Adiwilaga, 1986).
2.5   Kerangka Pemikiran
Suatu usahatani dapat dikatakan berhasil apabila petani tersebut mampu memperoleh hasil produksi yang tinggi dimana hal tersebut akan berbanding lurus dengan keuntungan atau pendapatan yang diperoleh.  Salah satu cara yang tepat digunakan untuk memperoleh hasil yang maksimal adalah dengan mengoptimalkan penggunaan input atau sumberdaya yang dimiliki petani secara optimal dengan menentukan kombinasi terbaik penggunaan sumberdaya yang tersedia. Gambar 1 merupakan kerangka berfikir dari maksimisasi keuntungan usahatani jagung.








 


















Gambar 1. Kerangka pemikiran


III. METODE PENELITIAN
3.1   Tempat dan Waktu Praktek
Praktek ini akan dilaksanakan di Desa Bulupountu Jaya Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi.  Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purpossive), dengan pertimbangan bahwa Desa Bulupountu Jaya merupakan salah satu daerah penghasil tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Sigi. Praktek ini dilaksanakan pada 6 Desember 2014.
3.2     Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam praktek ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara langsung kepada petani di lapangan dengan menggunkan daftar pertanyaan (Questionaire) terhadap responden yaitu responden petani jagung.  Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi pemerintah yang terkait dengan penelitian ini dan berbagai literatur lainnya sebagai pendukung dalam penyusunan hasil penelitian.
3.3     Analisis Data
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam praktek ini, maka pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode alat analisis yaitu:


3.3.1  Analisis Pendapatan
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan (Total Revenue) dan semua biaya (Total Cost), di mana penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dan harga satuan produksi, sedangkan biaya adalah semua pengeluaran yang digunakan dalam suatu usahatani.  Secara matematis persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:


 
 




Keterangan :
π         =  Pendapatan/keuntungan
TR       =  Total Revenue (Total Penerimaan)
TC       = Total cost (Total Biaya)
Untuk memperoleh total biaya dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


TC = FC + VC
 
 




Keterangan :
TC       =  Total Cost (Total Biaya)
FC       =  Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC      =  Variabel Cost (Biaya Variabel)
Untuk memperoleh total penerimaan dapat dihitung dengan mengunakan rumus sebagai berikut:


TR = Y. Py
 
 




Keterangan:
TR     =  (Total Revenue) Total Penerimaan
Y       =  Produk yang di peroleh dalam suatu usahatani
Py     =  Harga Produksi
3.4   Konsep Operasional
Konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.        Responden adalah petani yang mengusahakan tanaman jagung manis di Desa Bulupountu Jaya yang terpilih sebagai sumber informasi dalam penelitian ini.
2.        Usahatani adalah suatu kegiatan yang dilakukan petani jagung manis dalam memperoleh produksi.
3.        Luas lahan adalah luas tanah yang diusahakan oleh petani responden untuk kegiatan usahatani jagung manis yang dinyatakan dalam satuan hektar (Ha).
4.        Benih adalah banyaknya benih jagung manis yang merupakan input produksi yang digunakan dalam satu kali musim tanam, dinyatakan dalam kilogram (Kg).
5.        Tenaga kerja adalah curahan tenaga kerja yang dialokasikan dalam proses produksi pada usahatani jagung manis dalam satu kali musim tanam, dinyatakan dalam satuan hari orang kerja (HOK).
6.        Produksi adalah hasil yang diperoleh dari usahatani jagung manis pada satu kali musim tanam yang dinyatakan dengan kilogram (Kg) 
7.        Total biaya adalah semua biaya pengeluaran yang digunakan dalam produksi, dinyatakan dalam rupiah (Rp).
8.        Biaya tetap adalah biaya yang besarnya relatif tidak berubah atau tidak tergantung pada perubahan volume produksi, dinyatakan dalam rupiah (Rp/MT).
9.        Biaya variabel adalah biaya yang berubah dan habis dipakai dalam satu kali proses produksi, dinyatakan dalam rupiah (Rp/MT).
10.    Harga adalah harga yang berlaku ditingkat petani, dinyatakan dalam rupiah (Rp).
11.    Modal adalah sejumlah uang atau barang yang digunakan sebagai penunjang dalam membiayai seluruh kegiatan produksi usahatani jagung manis dinyatakan dalam satuan (Rp/MT).
12.    Penerimaan adalah jumlah uang yang diterima oleh petani dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual produksi, yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
13.    Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi, dinyatakan dalam rupiah (Rp).





IV.              HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1     Karakteristik Usahatani
4.1.1  Gambaran Umum Usaha
Lokasi praktek adalah di Desa Bolopontu, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Desa tersebut merupakan lokasi pengambilan sampel usahatani jagung manis. Desa tersebut merupakan salah satu desa di kecamatan sigi biromaru yang memiliki berbagai jenis tanaman hotrikultura dan tanaman pangan, rata-rata penduduk desa Bolopontu bekerja sebagai petani. Masyarakat desa Bolopontu pada umumnya bukan masyarakat asli desa tersebut, masyarakat desa tersebut merupakan pendatang yang kebanyakan berasal dari pulau jawa.
4.1.2    Luas Lahan
Luas lahan yang diusahakan oleh 8 responden dalam penelitian di Desa Bulupontu berkisar antara 0,25 – 1,0 ha . Keadaan luas lahan yang diusahakan untuk tanaman jagung manis oleh responden di Bolopontu ditunjukkan pada Tabe.4
Tabel 4.  Klasifikasi responden berdasarkan luas lahan di Desa Bulupontu tahun 2014
No
Luas Lahan
(Ha)
Jumlah Responden
(Jiwa)
Persentase
(%)

1
2
3

0,25
0,5
1,0

2
3
3
25
37,5
37,5

Jumlah
8
100
Sumber: Data Primer (diolah)
4.1.3    Tenaga Kerja
            Tenaga kerja yang digunakan selama satu kali musim tanam, mulai dari pengolahan tanah, penanaman, penyiangan, pemupukkan, pengendakian hama dan penyakit, pemungutan hasil, dan pengangkutan hasil panen adalah rata-rata 1-3 orang.
4.1.4    Benih
            Benih yang digunakan untuk usahatani tomat tersebut adalah berkisar antara   1-2 kg dalam satu kali musim tanam. Bibit yang digunakan merupakan bibit yang dibeli, sehingga kualitasnya sangat baik.
4.1.5    Pestisida
            Jenis pestisida yang digunakan selama musim tanam yaitu decis, dimana jenis pestisida ini paling banyak digunakan oleh petani karena mampu membunuh hama dan juga harganya lebih murah jika dibandingkan dengan jenis pestisida lainnya.
4.1.6    Pupuk
            Ada beberapa jenis pupuk yang digunakan dalam kegiatan usahatani ini selama satu kali musim tanam, yaitu urea, dan poska, Dimana pupuk ini digunakan rata sebanyak 10-20 kg setiap kali musim tanam..
4.2       Usia
Umur responden dalam penelitian ini berkisar antara 30-75 tahun. Umur merupakan faktor yang mempengaruhi aktivitas kerja petani dalam mengelola usahataninya. Umur produktif adalah 15-75 tahun, umur 0-14 tahun merupakan kelompok umur muda secara ekonomis belum dapat memberikan hasil yang maksimal. Umur 75 tahun ke atas merupakan usia lanjut di mana fisik para pekerja mulai lemah. Secara rinci dapat dilihat ada Tabel 5
Tabei 5. Klasifikasi responden bedasarkan umur di Desa Bulupontu tahun 2014
No
KelompokUmur
(Tahun)
Jumlah
(Jiwa)
Persentase
(%)
1
2
3
4
30-40
41-50
51-60
61-75
2
3
2
1
25
37,5
25
12,5

Jumlah
8
100
Sumber: Data Primer (diolah)
Dari Tabel 5. menunjukan bahwa responden jagung manis di Desa Bolopontu Jaya tidak di dominasi oleh umur-umur tertentu dalam usia produktif melainkan cenderung merata walaupun memang pada responden yang berumur di atas 50 tahun akan lebih banyak menggunakan tenaga kerja upahan.
4.3       Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang penting bagi petani dalam melakukan usahataninya. Pendidikan dapat berpengaruh langsung pada kemudahan dalam mengadopsi teknologi-teknologi terapan yang berkembang dalam dunia usahatani, walaupun pendidikan yang petani miliki tidak di dapat sepenuhnya dari pendidikan formal melainkan lebih banyak diperoleh melalui eksperimen atau pengalaman dan belajar langsung kepada penyuluh dan teman-teman petani yang telah sukses. Secara formal pendidikan responden paling dominan adalah pada tingkat SD. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.  Klasifikasi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Bulupontu tahun 2014.
No
Tingkat
Pendidikan
Jumlah
(Jiwa)
Persentase
(%)
1
2
3
SD / Sederajat
SLTP / Sederajat
SLTA / Sedarajat
4
3
1
50
37,5
12,5

Jumlah
8
100
Sumber: Data Primer (diolah)
            Dari table 6 dapat dilihat bahwa responden usahatani tomat memiliki tingkat pendidikan yang dominan hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) dan hanya beberapa orang yang memiliki tingkat pendidikan SMP dan SMA.
4.4         Biaya Usahatani
Biaya dalam kegiatan usahatani oleh petani ditujukan untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi bagi usahatani yang dikerjakan, dengan mengeluarkan biaya maka petani mengharapkan pendapatan yang setinggi-tingginya melalui tingkat produksi yang tinggi.  Biaya produksi akan selalu muncul dalam setiap kegiatan ekonomi dimana usahanya selalu berkaitan dengan produksi. Timbulnya biaya produksi sangat berkaitan dengan diperlukannya input (faktor-faktor produksi) ataupun pengorbanan lainnya yang digunakan dalam kegiatan produksi tersebut, pada hakekatnya biaya (cost) adalah sejumlah uang tertentu yang telah diputuskan guna pembayaran ataupun pembelian input yang diperlukan, sehingga tersedia sejumlah uang (biaya) yang benar-benar telah diperhitungkan sedemikian rupa agar produksi dapat berlangsung (Rosyidi Suherman, 1996).
Soekartawi (1995) menjelaskan bahwa biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).  Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun roduksi yang diperoleh banyak atau sedikit, contoh biaya tetap antara lain: pajak, sewa tanah, alat pertanian, dan iuran irigasi, sedangkan biaya tidak tetap atau biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh contohnya biaya untuk sarana produksi. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Biaya Usahatani Jagung Manis di Desa Bolopontu
NO
NAMA
BIAYA TETAP
BIAYA VARIABEL
TOTAL BIAYA
1
Kasim
Rp.3.479.000
Rp.1.903.500
Rp.5.382.500
2
Suwitno
Rp.2.429.000
Rp.1.435.100
Rp.3.864.100
3
Harmin
Rp.879.000
Rp.930.500
Rp.1.809.500
4
Topan
Rp.979.000
Rp.2.403.500
Rp.3.382.500
5
Jamal
Rp.929.000
Rp.1.445.500
Rp.2.374.500
6
Wirahman
Rp.1.879.000
Rp.830.900
Rp.2.709.900
7
Wirana
Rp.3.479.000
Rp.1.923.500
Rp.5.402.500
8
Swait
Rp.2.429.000
Rp1.385.100
Rp.3.814.100

TOTAL
Rp.16.482.000
Rp.12.257.600
Rp.28.739.600

Rata-rata


Rp.6.386.578
             Berdasarkan tabel diatas, kita dapat melihat total biaya yang dikeluarkan oleh petani jagung manis di Desa Bolopontu dalam satu kali musin tanam adalah sebesar Rp.28.739.600, dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan adalah sebesar  Rp.6.386.578.

4.5         Penerimaan Usahatani
          Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan atau pandapatan kotor dapat diartikan sebagai nilai produk total dalam jangka waktu tertentu baik yang dipasarkan maupun tidak. Penerimaan usahatani terdiri dari hasil penjualan produksi pertanian, produksi yang dikonsumsi dan kenaikan nilai invertaris. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jualnya. Menurut Hernanto (1993), penerimaan usahatani yaitu penerimaan dari sumber-sumber usahatani dan keluarga. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Penerimaan Usahatani Jagung Manis di Desa Bolopontu
NO
NAMA
SATUAN
HARGA PER KARUNG
TOTAL PENERIMAAN
1
Kasim
50
Rp.300.000/karung
Rp.15.000.000
2
Suwitno
30
Rp.300.000/karung
Rp.9.000.000
3
Harmin
17
Rp.300.000/karung
Rp.5.100.000
4
Topan
50
Rp.300.000/karung
Rp.15.000.000
5
Jamal
27
Rp.300.000/karung
Rp.8.100.000
6
Wirahman
15
Rp.300.000/karung
Rp.4.500.000
7
Wirana
45
Rp.300.000/karung
Rp.13.500.000
8
Swait
30
Rp.300.000/karung
Rp.9.000.000

TOTAL
264

Rp.79.200.000

Rata-rata


Rp.9.900.000
             Berdasarkan tabel diatas, kita dapat melihat total penerimaan petani jagung manis di Desa Bolopontu dalam satu kali musin tanam adalah sebesar Rp.79.200.000, dengan rata-rata penerimaan adalah sebesar Rp.9.900.000.

4.6         Pendapatan Usahatani
          Mubyarto (1991) menjelaskan, pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan.  Selain itu pendapatan dapat digambarkan sebagai balas jasa dan kerja sama faktor-faktor produksi yang disediakan oleh petani sebagai penggerak, pengelolah, pekerja dan sebagai pemilik modal.  Pendapatan merupakan hasil pengurangan antara hasil penjualan dengan semua biaya yang dikeluarkan mulai dari masa tanam sampai produk tersebut berada ditangan konsumen akhir. Secara rinci dapat kita lihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Pendapatan Usahatani Jagung Manis di Desa Bolopontu
NO
NAMA
TOTAL PENERIMAAN
TOTAL BIAYA
TOTAL PENDAPATAN
1
Kasim
Rp.15.000.000
Rp.5.382.500
Rp.9.617.500
2
Suwitno
Rp.9.000.000
Rp.3.864.100
Rp.5.135.900
3
Harmin
Rp.5.100.000
Rp.1.809.500
Rp.3.290.500
4
Topan
Rp.15.000.000
Rp.3.382.500
Rp.11.617.500
5
Jamal
Rp.8.100.000
Rp.2.374.500
Rp.5.725.500
6
Wirahman
Rp.4.500.000
Rp.2.709.900
Rp.1.790.100
7
Wirana
Rp.13.500.000
Rp.5.402.500
Rp.8.097.500
8
Swait
Rp.9.000.000
Rp.3.814.100
Rp.5.185.900

TOTAL
Rp.79.200.000
Rp.28.739.600
Rp.50.460.400

Rata-rata


Rp.6.307.550
          Berdasarkan tabel diatas kita dapat melihat total pendapatan usahatani jagung manis di Desa Bolopontu dalam satu kali musim tanam adalah sebesar Rp.50.460.400, dengan rata-rata pendapatan adalah sebesar Rp.6.307.550 dalam satu kali musim tanam.

V.                KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
          Dari hasil penelitian diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.             Total biaya yang dikeluarkan oleh petani jagung manis di Desa Bolopontu dalam satu kali musin tanam adalah sebesar Rp.28.739.600, dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan adalah sebesar  Rp.6.386.578.
2.             Total penerimaan petani jagung manis di Desa Bolopontu dalam satu kali musin tanam adalah sebesar Rp.79.200.000, dengan rata-rata penerimaan adalah sebesar Rp.9.900.000 dalam satu kali musim tanam.
3.             Total pendapatan usahatani jagung manis di Desa Bolopontu dalam satu kali musim tanam adalah sebesar Rp.50.460.400, dengan rata-rata pendapatan adalah sebesar Rp.6.307.550 dalam satu kali musim tanam.
5.2         Saran
Sangat diharapkan pemerintah untuk lebih memperhatikan petani, khususnya petani jagung yang ada di Desa Bolopontu dan di Indonesia pada umumnya. Sulawesi tengah merupakan salah satu penghasil jagung terbesar di Indonesia. Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh petani khususnya dalam mendapatkan sarana produksi untuk usahatani, karena harga sarana produksi yang mahal, banyak petani memakai sarana produksi khususnya benih dengan kualitas rendah, sehingga kualitas hasil produksi juga menjadi rendah, yang mengakibatkan harga dari komoditi tersebut juga rendah. Pemerintah juga harus meningkatkan pengetahuan petani melalui penyuluhan-penyuluhan, karena jika kita melihat latarbelakang pendidikan petani sangat banyak sekali petani yang tingkat pendidikannya sangat rendah. Pemerintah juga bisa menyediakan sarana produksi pertanian yang murah sehinnga bisa di jangkau oleh petani

Comments

Popular posts from this blog

1 kg jagung berapa buah

Jenjet jagung

Sistem tanam jajar legowo pada tanaman jagung