Sistem jajar legowo pada tanaman jagung
Selain pada tanaman padi, sistem tanam jajar legowo ternyata juga dapat diterapkan pada tanaman jagung. Berbeda dengan padi, tanaman jagung tidak membentuk anakan sehingga penerapan sistem legowo pada tanaman jagung lebih diarahkan pada upaya meningkatkan penerimaan intensitas cahaya matahari pada daun dan diharapkan hasil asimilasi meningkat sehingga pengisian biji dapat optimal. Selain itu, juga memudahkan pemeliharaan tanaman, terutama penyiangan gulma baik secara manual maupun dengan herbisida, pemupukan, serta pemberian air.
Tahap awal penerapan teknologi ini adalah memilih varietas jagung unggul dengan mempertimbangkan aspek tanah dan iklim (lingkungan), minat petani, potensi hasil tinggi, ketahanan terhadap hama penyakit dan kekeringan serta berumur genjah. Varietas unggul mempunyai peran besar dalam upaya peningkatan produktivitas karena berpotensi memberikan hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit serta potensi produksi pakan ternak (tebon) tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Pengolahan tanah dilakukan seperti ketika mengolah tanah untuk tanaman jagung biasa. Namun pada tanah bertekstur lempung, seperti yang biasa digunakan untuk menanam palawija dan jagung, perlu penambahan unsur hara melalui pupuk organik ataupun nonorganik sehingga dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. Pemberian unsur hara atau pupuk dilakukan untuk meningkatkan sifat kimia dan fisik tanah sehingga tanah mampu menjadi media yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Anjuran populasi tanaman untuk jagung adalah berkisar antara 66.000-71.000 tanaman/ha. Untuk dapat tercapainya populasi tersebut, maka jarak tanam biasa yang diterapkan adalah 75 cm x 20 cm (1 tanaman/lubang) atau 70 cm x 20 cm (1 tanaman/lubang). Pada wilayah yang mempunyai masalah tenaga kerja, dapat diterapkan jarak tanam 75 cm x 40 cm (2 tanaman/lubang) atau 70 cm x 40 cm (2 tanaman/lubang). Jika penanaman dilakukan dengan cara tanam legowo, agar populasi tanaman tetap berkisar antara 66.000-71.000 tanaman/ha, maka jarak tanam yang diterapkan adalah 100 – 50 cm x 20 cm (1 tanaman/lubang) atau 100- 50 cm X 40 cm (2 tanaman/lubang).
Pemupukan bisa dilakukan dengan paket pupuk tunggal berupa pupuk dasar berupa Petroganik sebanyak 500 Kg/Ha, Urea 125 Kg/Ha, SP-36 sebanyak 150 Kg/Ha dan KCL 75 Kg/Ha. Pemupukan susulan dilakukan pada 20 hari setelah tanam berupa pupuk Urea sebanyak 125 Kg/Ha dan pada 35 hari setelah tanam berupa pupuk Urea sebanyak 150 Kg/Ha. Sedangkan dengan pemupukan paket PHONSKA, pupuk dasar berupa Petroganik 500 Kg/Ha, PHONSKA sebanyak 150 Kg/Ha dan Urea 75 Kg/Ha. Pemupukan susulan pertama pada 20 hari setelah tanam berupa Urea sebanyak 75 KG/Ha dan pada hari ke 35 setelah tanam berupa Urea sebanyak 150 Kg/Ha.
Comments
Post a Comment