Hasil tanam jagung per hektar
Tahukah
Anda, bahwa varietas-varietas jagung hibrida yang ada sekarang ini
secara genetik sebenarnya memiliki potensi hasil panen hingga 20 ton
biji kering per hektar??
Pertanyaannya adalah; jika memang tanaman jagung sebenarnya memiliki potensi produksi yang begitu tinggi, mengapa fakta menunjukkan bahwa selama ini hasil panen yang diperoleh petani masih sangat jauh berbeda dari potensinya?
Jawabnya; karena petani kehilangan potensi tersebut.
Apa penyebab hilangnya potensi tersebut?
Sebagai tanaman tipe C4, jagung membutuhkan cahaya matahari secara penuh sepanjang pertumbuhannya. Jika bisa mengoptimalkan cahaya matahari yang menyinari areal pertanaman jagung dan memanfaatkannya untuk merubah unsur hara yang diserap menjadi gula dan karbohidrat, -melaluiproses fotosintesis-, untuk pembentukkan biji-biji jagung, bukan tidak mungkinhasil tertingi bisa dicapai.
Pernahkah Anda berpikir;
¤ Berapa banyak butir biji jagung yang dibutuhkan agar diperoleh hasil panen 1 ton?
¤ Berapa banyak butir biji jagung yang dibutuhkan agar diperoleh hasil panen 10 ton/hektar?
¤ Berapa banyak butir biji yang harus dihasilkan dari sebatang tanaman jagung?
¤ Berapa banyak tanaman jagung bertongkol yang dibutuhkan dalam satu hektar?
Rata-rata, jumlah biji jagung dalam satu ton berkisar antara 3.000.000sampai 4.000.000 butir, tergantung besar kecilnya ukuran biji. Jika kita gunakan rata-rata dari jumlah diatas, maka diperoleh angka 3.500.000 butir. Jadi, jika dalam satu hektar tanaman jagung ingin diperoleh hasil panen sebanyak 10 ton, maka jumlah biji yang dibutuhkan mencapai 35.000.000butir.
Jika dalam satu hektar terdapat 71.000 tanaman jagung, maka artinya rata-rata tiap tanaman harus menghasilkan 492 butir. Jika dalam satu hektar terdapat 74.000 tanaman jagung, maka artinya rata-rata tiap tanaman harus menghasilkan 472 butir. Jika dalam satu hektar terdapat 83.000 tanaman jagung, maka artinya rata-rata tiap tanaman harus menghasilkan 421 butir.
Produktivitas tanaman jagung dalam satu luasan tanam dipengaruhi oleh empat faktor penting;
¤ jumlah tongkol dalam satu luasan tanam,
¤ jumlah baris biji per tongkol,
¤ jumlah biji per baris,
¤ dan berat biji.
A. Jumlah tongkol dalam satu luasan tanam
Hal pertama yang dapat menyebabkan kehilangan potensi hasil adalah, tidak maksimalnya jumlah tongkol yang dihasilkan dalam satu luasan tanam. Yang menjadi penyebabnya meliputi;
1. jumlah benih yang ditanam
2. kondisi lingkungan saat tanam benih
3. keseragaman dan daya tumbuh benih
4. keseragaman tumbuh tanaman
Keempat hal tersebut, berpengaruh besar terhadap jumlah hasil panen. Dimana sebenarnya bisa untuk dilakukan kontrol.
Ukuran tongkol yang kecil namun dalam jumlah yang besar, akan memberikan hasil panen yang lebih banyak dibanding ukuran tongkol yang besar tetapi dalam jumlah yang kecil.
B. Jumlah baris biji per tongkol
Jumlah baris biji maksimum yang dapat dihasilkan dari satu tongkol adalah 20 baris. Namun, pada umumnya jumlah baris biji yang dihasilkan hanya pada kisaran 12, 14, 16, dan sebagian mencapai 18 baris.
Banyaknya baris biji yang dihasilkan, ditentukan sejak tanaman jagung mencapai tingkat daun ke -5 (stadia V5). Jika sebatang tanaman jagung yang masih muda ini mengalami cekaman, apapun penyebabnya, akan menurunkan jumlah baris biji yang dihasilkan nantinya. Dan jika keadaan demikian sudah terlanjur terjadi, -meskipun kondisi tanaman kemudian pulih dari cekaman-, maka tidak akan mungkin dapat mengembalikan potensi yang hilang.
Suhu tanah, jarak tanam, keseragaman tumbuh, air, unsur hara, OPT, dan gulma,mempunyai andil besar sebagai penyebab timbulnya cekaman terhadap tanaman jagung. Tingkat kesuburan alami tanah, pada umumnya bukan merupakan faktor yang sangat berpengaruh. Pada tanah yang diolah sempurna ataupun hanya diolah larikan, mampu menghasilkan baris biji yang lebih banyak dibanding yang tanpa olah tanah. Begitupun populasi yang lebih padat hingga batas tertentu, baik baris tunggal maupun ganda, juga bisa menghasilkan baris biji yang lebih banyak dibanding jarak tanam konvensional.
C. Jumlah biji per baris
Jika pada saat tanaman jagung setinggi lutut sampai fase penyerbukkan mengalami cekaman, hal tersebut dapat berakibat pada berkurangnya panjang baris biji. Jumlah maksimal dalam satu baris adalah 50 butir, namun pada umumnya hanya sekitar 35 - 40 butir. Jarang yang bisa mencapai 45 butir, bahkan tidak jarang ditemukan dalam satu baris hanya terdapat 15 - 20 butir.
D. Ukuran biji
Perkembangan biji jagung dimulai dari yang paling bawah dan berakhir pada ujung tongkol. Ukuran biji yang maksimal, sesuai potensi genetiknya, sangat ditentukan saat fase penyerbukkan hingga munculnya black layer. Oleh karena itu, jika pada fase tersebut tanaman jagung mengalami cekaman, makadapat berpengaruh terhadap tongkol, -khususnya pada bagian ujung-, dengan menghasilkan biji berukuran kecil dan kurang berbobot.
Seandainya keempat faktor tersebut dapat dicapai dengan baik, bukan mustahil untuk dapat mencapai hasil panen lebih tinggi dari yang sudah dicapai sekarang ini. Sudah saatnya bagi petani untuk mengelola tanaman jagung selayaknya tanaman cabai, semangka, tomat, ataupun yang lainnya. Karena jika dikelola dengan benar, hasilnya sangat layak dan tidak kalah dengan komoditas pertanian lainnya.
Jadi, rata-rata hasil 10 (sepuluh) ton jagung pipilan kering per hektar (KA 16%), masih merupakan target yang realistis.
Kesimpulannya;
¤ Kehilangan potensi hasil, terjadi sejak benih ditanam dan akan terus terjadi selama proses budidaya.
¤ Pengairan, pemupukan, penyiangan, dan pengendalian hama penyakit bukan bertujuan untuk meningkatkan
hasil. Akan tetapi untuk menekan resiko kehilangan potensi hasil.
Pertanyaannya adalah; jika memang tanaman jagung sebenarnya memiliki potensi produksi yang begitu tinggi, mengapa fakta menunjukkan bahwa selama ini hasil panen yang diperoleh petani masih sangat jauh berbeda dari potensinya?
Jawabnya; karena petani kehilangan potensi tersebut.
Apa penyebab hilangnya potensi tersebut?
Sebagai tanaman tipe C4, jagung membutuhkan cahaya matahari secara penuh sepanjang pertumbuhannya. Jika bisa mengoptimalkan cahaya matahari yang menyinari areal pertanaman jagung dan memanfaatkannya untuk merubah unsur hara yang diserap menjadi gula dan karbohidrat, -melaluiproses fotosintesis-, untuk pembentukkan biji-biji jagung, bukan tidak mungkinhasil tertingi bisa dicapai.
Pernahkah Anda berpikir;
¤ Berapa banyak butir biji jagung yang dibutuhkan agar diperoleh hasil panen 1 ton?
¤ Berapa banyak butir biji jagung yang dibutuhkan agar diperoleh hasil panen 10 ton/hektar?
¤ Berapa banyak butir biji yang harus dihasilkan dari sebatang tanaman jagung?
¤ Berapa banyak tanaman jagung bertongkol yang dibutuhkan dalam satu hektar?
Rata-rata, jumlah biji jagung dalam satu ton berkisar antara 3.000.000sampai 4.000.000 butir, tergantung besar kecilnya ukuran biji. Jika kita gunakan rata-rata dari jumlah diatas, maka diperoleh angka 3.500.000 butir. Jadi, jika dalam satu hektar tanaman jagung ingin diperoleh hasil panen sebanyak 10 ton, maka jumlah biji yang dibutuhkan mencapai 35.000.000butir.
Jika dalam satu hektar terdapat 71.000 tanaman jagung, maka artinya rata-rata tiap tanaman harus menghasilkan 492 butir. Jika dalam satu hektar terdapat 74.000 tanaman jagung, maka artinya rata-rata tiap tanaman harus menghasilkan 472 butir. Jika dalam satu hektar terdapat 83.000 tanaman jagung, maka artinya rata-rata tiap tanaman harus menghasilkan 421 butir.
Produktivitas tanaman jagung dalam satu luasan tanam dipengaruhi oleh empat faktor penting;
¤ jumlah tongkol dalam satu luasan tanam,
¤ jumlah baris biji per tongkol,
¤ jumlah biji per baris,
¤ dan berat biji.
A. Jumlah tongkol dalam satu luasan tanam
Hal pertama yang dapat menyebabkan kehilangan potensi hasil adalah, tidak maksimalnya jumlah tongkol yang dihasilkan dalam satu luasan tanam. Yang menjadi penyebabnya meliputi;
1. jumlah benih yang ditanam
2. kondisi lingkungan saat tanam benih
3. keseragaman dan daya tumbuh benih
4. keseragaman tumbuh tanaman
Keempat hal tersebut, berpengaruh besar terhadap jumlah hasil panen. Dimana sebenarnya bisa untuk dilakukan kontrol.
Ukuran tongkol yang kecil namun dalam jumlah yang besar, akan memberikan hasil panen yang lebih banyak dibanding ukuran tongkol yang besar tetapi dalam jumlah yang kecil.
B. Jumlah baris biji per tongkol
Jumlah baris biji maksimum yang dapat dihasilkan dari satu tongkol adalah 20 baris. Namun, pada umumnya jumlah baris biji yang dihasilkan hanya pada kisaran 12, 14, 16, dan sebagian mencapai 18 baris.
Banyaknya baris biji yang dihasilkan, ditentukan sejak tanaman jagung mencapai tingkat daun ke -5 (stadia V5). Jika sebatang tanaman jagung yang masih muda ini mengalami cekaman, apapun penyebabnya, akan menurunkan jumlah baris biji yang dihasilkan nantinya. Dan jika keadaan demikian sudah terlanjur terjadi, -meskipun kondisi tanaman kemudian pulih dari cekaman-, maka tidak akan mungkin dapat mengembalikan potensi yang hilang.
Suhu tanah, jarak tanam, keseragaman tumbuh, air, unsur hara, OPT, dan gulma,mempunyai andil besar sebagai penyebab timbulnya cekaman terhadap tanaman jagung. Tingkat kesuburan alami tanah, pada umumnya bukan merupakan faktor yang sangat berpengaruh. Pada tanah yang diolah sempurna ataupun hanya diolah larikan, mampu menghasilkan baris biji yang lebih banyak dibanding yang tanpa olah tanah. Begitupun populasi yang lebih padat hingga batas tertentu, baik baris tunggal maupun ganda, juga bisa menghasilkan baris biji yang lebih banyak dibanding jarak tanam konvensional.
C. Jumlah biji per baris
Jika pada saat tanaman jagung setinggi lutut sampai fase penyerbukkan mengalami cekaman, hal tersebut dapat berakibat pada berkurangnya panjang baris biji. Jumlah maksimal dalam satu baris adalah 50 butir, namun pada umumnya hanya sekitar 35 - 40 butir. Jarang yang bisa mencapai 45 butir, bahkan tidak jarang ditemukan dalam satu baris hanya terdapat 15 - 20 butir.
D. Ukuran biji
Perkembangan biji jagung dimulai dari yang paling bawah dan berakhir pada ujung tongkol. Ukuran biji yang maksimal, sesuai potensi genetiknya, sangat ditentukan saat fase penyerbukkan hingga munculnya black layer. Oleh karena itu, jika pada fase tersebut tanaman jagung mengalami cekaman, makadapat berpengaruh terhadap tongkol, -khususnya pada bagian ujung-, dengan menghasilkan biji berukuran kecil dan kurang berbobot.
Seandainya keempat faktor tersebut dapat dicapai dengan baik, bukan mustahil untuk dapat mencapai hasil panen lebih tinggi dari yang sudah dicapai sekarang ini. Sudah saatnya bagi petani untuk mengelola tanaman jagung selayaknya tanaman cabai, semangka, tomat, ataupun yang lainnya. Karena jika dikelola dengan benar, hasilnya sangat layak dan tidak kalah dengan komoditas pertanian lainnya.
Jadi, rata-rata hasil 10 (sepuluh) ton jagung pipilan kering per hektar (KA 16%), masih merupakan target yang realistis.
Kesimpulannya;
¤ Kehilangan potensi hasil, terjadi sejak benih ditanam dan akan terus terjadi selama proses budidaya.
¤ Pengairan, pemupukan, penyiangan, dan pengendalian hama penyakit bukan bertujuan untuk meningkatkan
hasil. Akan tetapi untuk menekan resiko kehilangan potensi hasil.
Comments
Post a Comment